Selasa, 16 Maret 2021

Suatu Ketika...

Suatu Ketika . . .

Dia tidak sempurna. Pun, aku sama saja. Kami hanya berusaha saling menerima. Mengurai masa lalu. Mengikhlaskan kecewa. Bahu membahu memperbaiki buruk dan salah dalam diri. Kami bicara. Bicara. Bicara. Bercerita. Berbagi tentang rasa. 

Pada akhirnya, memang segalanya bisa. Selalu ada jalan kebaikan untuk menuju kebenaran. Bukankah bersama artinya percaya? Untuk melangkah pada tujuan yang seirama. Untuk menjadikan masing-masing sebagai tempat pulang. Untuk menggapai mimpi-mimpi yang tidak dapat dicapai sendiri. Menjadi satu jiwa dalam raga yang berbeda. Bukankah bersama artinya saling menghormati? Berbeda kepala. Berbeda harap. Berbeda butuh. Kompromi dan janji menjadi jembatan pengertian. Saling menjaga, bukan menjatuhkan. Tidak ada menang kalah. Tidak ada atas bawah. Tidak ada alasan untuk tidak saling mendengarkan. 

Suatu ketika, ketika masa itu tiba, semoga aku tidak lupa. Semoga dia mau membaca. Kami hanya sama-sama percaya, segala hidup tertuju pada-Nya. Kami hanya sama-sama meyakini, bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka, bagaimana bisa kami tidak berusaha dan lupa berdoa? Sungguh, semoga jalan kami selalu diluruskan. -SS

(Status Facebookku 16 Maret 2017 lalu, yang aku repost di Blog ini sbg Pengingat bahwa 'Segala Kehidupan tertuju kepada-Nya). 

Sabtu, 17 Oktober 2020

Long Distance Relationship (LDR)


    Kita tidak pernah akan tahu 5W + 1 H tentang jodoh sebelum kita menikah dengannya. 5W + 1 H merupakan suatu rumusan yang biasa digunakan wartawan dalam menuliskan berita, yaitu Who (siapa), What (apa), When (kapan), Where (di mana), Why (mengapa), How (bagaimana).

    Karena merupakan hal yang misteri, masalah jodoh ini merupakan masalah yang sangat menarik untuk dibahas, diperbincangkan, dan persoalan mengenainya juga tidak pernah habis-habisnya. Mendapatkan jodoh di tempat yang jauh saya yakin bukan rencana setiap orang. Kalau disuruh memilih, mungkin setiap orang memilih jodohnya di tempat yang dekat-dekat saja.

    Mengapa demikian? Saya akan tuliskan satu ayat yang walaupun bukan dengan konteks pasangan hidup, namun masih dalam konteks hubungan antara manusia: 1 Tesalonika 2:17: Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.

    Ya inilah permasalahan utamanya. Jika si dia berada jauh dari kita, jelas kita akan merasa sangat rindu kepadanya. Kalau bisa ingin berada di dekatnya. Bagi sebagian orang hal ini merupakan siksaan besar. Ya, tidak bisa berada dekat dengan seseorang yang kita cintai ini bukan hal yang menyenangkan. Namun jangan kuatir, Tuhan hanya akan memberikan beban yang ringan. Matius 11:29-30: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

    Jika memang Tuhan mengizinkan kita memiliki jodoh dari tempat yang jauh, itu karena Tuhan memberikan beban yang dapat kita tanggung. Beban yang diberikan-Nya kepada kita tidak pernah melebihi kemampuan kita untuk menanggungnya. Puji Tuhan!

    Selain masalah kerinduan dan tidak bisa selalu bersama, kelemahan lain dalam hubungan jarak jauh adalah masalah biaya. Ya, tidak dapat dipungkiri masalah biaya ini akan muncul. Karena tidak dapat bertemu, jelas biaya komunikasi akan relatif tinggi. Untungnya sekarang teknologi sudah maju sehingga sudah tidak terlalu menjadi hambatan lagi dan biaya komunikasi jarak jauh pun sudah tidak semahal dulu. Namun jelas bila dibandingkan dengan hubungan jarak dekat, biaya komunikasi untuk hubungan jarak jauh jauh lebih tinggi.

    Permasalahan lainnya seperti masalah kepercayaan dan pengertian ini sebenarnya juga terjadi pada hubungan jarak dekat. Jadi sebenarnya letak permasalahannya bukan di masalah jarak, tetapi di masing-masing individu yang terlibat dalam hubungan. Jika Anda mempercayai pasangan Anda, mau dia pergi ke tempat yang jaraknya sekian ribu kilometer dari Anda tentu tidak masalah. Tetapi jika Anda tidak mempercayai pasangan Anda, dia dekat dengan Anda pun Anda akan sulit untuk bisa mempercayainya.

     Masalah pengertian juga demikian. Pria dan wanita memang diciptakan berbeda dan unik. Masing-masing diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dengan peran masing-masing, dengan kebutuhan masing-masing. Karena memang sejak awal berbeda, jelas perlu banyak pengertian dan saling memahami satu dengan lainnya. Mengenai pasangan yang sibuk dan tidak selalu bisa menemani, ini juga butuh pengertian yang besar dari setiap pihak. Hal ini terjadi di semua hubungan, baik di hubungan jarak jauh maupun dekat.

    Di samping tantangan hubungan jarak jauh, keunggulan hubungan jarak jauh juga banyak. Pasangan dengan memiliki jarak sebagai pemisah umumnya memiliki kedekatan secara hati yang dalam. Tentu saja ini terjadi kalau memang pasangan tersebut berkomunikasi secara intensif. Komunikasi yang terjadi pada pasangan yang mengalami hubungan jarak jauh jelas akan berbeda dengan komunikasi pada pasangan yang mengalami hubungan jarak dekat. Pada umumnya tingkat kedalaman dan pengenalan pasangan dalam hubungan jarak jauh lebih tinggi.

    Pasangan dengan hubungan jarak dekat sering (walau tidak selalu) terjebak pada menghabiskan waktu bersama untuk suatu aktivitas: jalan bersama, makan bersama, nonton bersama, dll. Saya tidak mengatakan hubungan jarak dekat lebih buruk daripada hubungan jarak jauh. Tentu saja tidak. Masing-masing memiliki keunggulan dan tantangannya sendiri. Baik hubungan jarak jauh maupun hubungan jarak dekat tentu saja harus dapat mencapai goal yang diharapkan: sebagai sarana bagi rencana lebih tinggi, yaitu pernikahan.

    Bagi yang telah menikah sebenarnya idealnya tidak mengalami hubungan jarak jauh. Mengapa demikian? Dasarnya adalah ayat berikut ini:
1 Korintus 7:5: Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. Pasangan yang telah menikah pada dasarnya telah menjadi satu tubuh, sehingga bagaimana mungkin satu tubuh dapat terpisah jauh? Kecuali seperti di ayat 1 Korintus 7:5 sebutkan hanya untuk sementara waktu atas persetujuan bersama.

    Memang bila untuk sementara waktu saja suami dan istri terpisah jauh dalam hal jarak itu tidak masalah, tetapi untuk waktu yang lama tentu saja hal ini bisa menjadi bermasalah. Benar bahwa asalkan bisa saling menjaga komitmen, kepercayaan, saling mengerti dan memahami satu dengan lainnya, ini tidak akan menjadi masalah. Namun jangan lupa, suami dan istri seberapa pun hebatnya adalah manusia biasa. Jadi jika tidak sangat terpaksa, untuk pasangan suami istri sebaiknya tidak tinggal terpisah jauh, apalagi untuk waktu yang lama.

    The last but not the least (hal yang terakhir tetapi bukan berarti tidak penting), jangan lupa libatkan selalu Tuhan dalam hubungan Anda. Saat hubungan Anda membentuk segitiga yang kuat, maka entah itu hubungan jarak jauh ataupun dekat tidak akan menjadi persoalan berarti. Melibatkan Tuhan dalam segala hal, termasuk hubungan Anda bukan berarti hubungan akan mulus-mulus saja tanpa satupun riak dan gelombang yang berarti. Tetapi bila kita melibatkan Tuhan dalam hubungan kita, apapun yang kita hadapi akan dapat kita tanggung, karena jika kita izinkah Tuhan sebagai nahkoda atas kapal kita, mana mungkin Ia membiarkan kapal kita karam?

Jadi, berencana atau dalam hubungan jarak jauh? Siapa takut! Tuhan Yesus memberkati.

(Sumber : Angela)
Jangan lupa share untuk teman kamu yang sedang LDR juga ya, semoga memberkatiπŸ’š

Jumat, 16 Oktober 2020

Aku, Kamu dan Tuhan (Part 2)

Lanjutan sharing dari Part 1 


4 Tahun (re: 2016) lalu aku menyimpan tulisan tentang "I, You and God". Kalau diingat-ingat, apa yaaa yang aku pikirkan saat itu??? Tapi tulisan tsb benar-benar mengingatkanku tentang suatu hal... Yaaa, Esensi dari sebuah relasi. Mungkin, pada masa ini banyak diabaikan kaum muda. Tapi aku meyakini, setiap orang percaya pasti mengimani keterlibatan dan otoritas Tuhan dalam sebuah hubungan. Seperti: Aku dan Tuhan ; Aku, Pasangan, dan Tuhan ; Aku, Sesama manusia dan Tuhan.

Aku mau membagikan kisah unik yg pernah terjadi, menurutku cukup berhubungan dr tulisan yang aku share di Part 1πŸ’¦ Selamat Membaca yaa!!! πŸ’˜πŸ˜Š

Kisah sepasang anak muda yang bertemu 3 tahun silam. Rasanya pertemuan itu unik, tp gak cukup sampai disitu mereka berkenalan dan bercerita banyak hal, menarik keunikan dan kecocokan yang dapat disambungkan. Hingga suatu ketika, si perempuan dengan berani memutuskan utk mendoakan anak muda (lelaki) tsb sekitar 3-4 bulan lamanya tanpa diketahui laki2 tsb (masih berdoa tahap awal menguji perasaan dan ketertarikan, ada kecocokan atau tidak, dan meminta Tuhan bekerja dalam hati masing-masing).

Suatu ketika dalam sebuah pertemuan, entah itu kejutan atau hadiah dari Tuhan atau jawaban doa yang berbulan-bulan tsb. Si laki-laki sharing beberapa hal yang paling mengena ketika laki-laki tsb berkata "Entah kenapa sebulan terakhir ini, setiap kali aku berdoa terlintas namamu dalam pikiranku..." (Saat itu si perempuan masih tersenyum dan serius mendengarkan..). Lalu dilanjut lagi, si laki-laki bercerita "awalnya aku pikir ah sudahlah, tapi aku menguji lagi sampai seminggu ini perasaan itu semakin tdk karuan. Aku tidak biasa saja ketika bertemu dgn mu, campur aduk:. Singkat cerita, si perempuan jujur tentang doa yang dia naikkan scr pribadi tsb selama bbrp bulan terakhir itu, dan akhirnya mereka memutuskan untuk saling mendoakan kalau tdk salah sebulan lamanya.. Sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk sama-sama menjalin relasi yang lebih yaitu PACARAN:)

Hubungnnya dengan tulisan ini apa?

Aspek I, You, and God (Segitiga hubungan itu dapat banget kalau detail pasti nge feel, tp kira-kira demikian ceritanya). Tentang bagaiamana Tuhan sangat berperan dalam menjaga relasi setiap kita meski memang aspek "I and You" harus tetap dibangun, tp itu saja tdk cukup krn otoritas "God" itu tidak kehilangan kekuasaannya.

Hingga suatu ketika.... Relasi mereka berakhir setelah tepat 2 tahun berpacaran. Beberapa bulan belakangan secara sadar si perempuan terus memikirkan ttg kualitas hubungan yg sedang mereka jalin. Komunikasih yang kurang sehat baginya scr pribadi, serta kehilangan momentum Aspek Segitiga (I and God, You and God, We and God). Di 6 bulan belakangan relasi mereka, jarang sekali melibatkan Tuhan. Masing-masing mencari usahanya sendiri untuk berbicara dan berdoa kpd Tuhan. Hari itu, bagai mimpi buruk bagi si perempuan ketika mendengar lelaki tsb berkata "Aku tidak dapat merasakanmu lagi". Tidak bs berkata-kata melalui kekecewaan dan kepahitan itu. Bagi perempuan itu, doa itu tdk pernah sia-sia. Tidak tahu apakah Aspek I atau Aspek You saat itu sedang baik-baik saja atau sangat tidak baik.

Mungkin saja si perempuan yang sedang tdk bs menerima diri sendiri, sehingga melupakan aspek God. atau
Si laki-laki yang sedang mengalami demikian.

Paling tidak, dari kisah ini kita boleh belajar "Tidak cukup mengandalkan Tuhan hanya pada saat memulai relasi saja untuk menguji apakah benar dia orang yang tepat?". Sepanjang relasi tsb masih terus dibangun bahkan ketikapun sudah berdiri kokoh, jangan pernah lari dan menjauh dari Tuhan seakan-akan kita mampu mengontrol dan membangunnya berdua.. Aspek GOD sangat berkuasa dan berotoritas dalam menjaga sebuah relasi. Melemah lembutkan setiap hati yang keras, menghangatkan situasi yang dingin. Bahkan Tuhan bisa saja mengambil sesuatu itu dr kita, jika kita belum mempersiapkan diri untuk menerimanya.

Selamat Belajar, Selamat Mempersiapkan diri bertemu dgn pasangan sepadan.
Relasi itu seperti hubungan SEGITIGA antara SAYA, KAMU, dan TUHAN.

Kalau dapat izin dari yang bersangkutan, aku mau lanjutkan cerita ini lebih detail untuk memberkati orang lain dengan kisah ini. Kalau menurutmu tulisan ini bermanfaat jangan lupa di share ya, bagi teman kamu yang membutuhkan πŸ˜‡ 

Aku, Kamu dan Tuhan (Part 1)



        Tulisan ini aku kutip dari salah seorang penulis, aku berpikir ini bacaan yang penting untuk direfleksikan bersama mengenai konsep sebuah 'Relationship' baik hal memulai masa pacaran pun dalam konteks Pernikahan. Di Part kedua, aku akan sharing kisah nyata sebuah pengalaman tentang relationship. Selamat membaca ya!😊😊

        Topik kali ini “I, You, and God” atau kalau diterjemahkan berarti “Saya, kamu, dan Tuhan”. Konteks topik ini adalah prapacaran, pacaran, or bahkan kehidupan pernikahan.
Sering kita lihat saat orang PDKT (pendekatan – pra pacaran) atau yang lebih banyak terjadi itu saat pacaran, terlihat jelas kedekatan antara dua insan. Kemana-mana berdua, kalau ada si wanita berarti ada si pria. Kalau ada si pria, berarti ada si wanita. Ke mana-mana selalu bersama.

        Seperti botol dengan tutupnya, seperti amplop dengan lemnya, seperti bunga dengan tangkainya. Pokoknya lengket ket ket, dekat kat kat. Dunia rasanya milik berdua.Ya itulah hal-hal yang biasa kita lihat. Menarik sekali untuk mengalami atau memperhatikan fenomena tersebut. Ingat, Pengkotbah 3:11a: Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Dalam kehidupan ini tidak semuanya berjalan mulus, lancar-lancar, baik-baik, indah-indah saja, tidak demikian. Seringkali yang terjadi adalah masalah datang menghadang. Saat masalah datang, saat itulah ujian akan hubungan dimulai.

        Ya, dari segi manusia dibutuhkan kepercayaan, komitmen, kesetiaan, kejujuran, komunikasi yang baik, saling menghormati, saling mencintai, saling mengerti, saling menghargai, menerima apa adanya, menempatkan kepentingan pasangan dan anak-anak (kalau sudah berkeluarga) sebagai yang lebih utama dari kepentingan pribadi dan masih banyak lagi yang lain. Namun ada satu elemen yang sangat penting tapi seringkali terlupakan. Elemen itu adalah Tuhan.

        Mungkin Anda akan mengatakan: “Ah, kamu terlalu fanatik, segala-segala dikaitkan dengan Tuhan. Apa hubungannya Tuhan dengan relationship atau kehidupan pernikahan?”. Kalau misalnya itu yang Anda katakan, saya akan katakan: “Semuanya dan segalanya.” Suatu hubungan (pra pacaran/pdkt, pacaran, dan pernikahan) semuanya diinisiasi (diawali) oleh Tuhan. Tidak percaya? Coba tanyakan pada yang sudah menikah bagaimana mereka bertemu, kemudian menjalin hubungan pacaran, sampai ke akhirnya menikah dan kehidupan pernikahan. Dari sekian banyak cerita yang terkumpul, hanya satu kesimpulan yang bisa diambil, yaitu karena Tuhan memang menghendaki demikian dan memang adalah inisiatif dari Tuhan suatu hubungan bisa terbentuk (lihat pada kasus Adam dan Hawa pada Kejadian 2:18-25 yang memang sangat terlihat jelas).

        Dalam Tuhan tidak ada yang kebetulan, karena Ia terlalu berkuasa untuk dikalahkan dan ditentukan oleh hal-hal yang sifatnya kebetulan. Mengapa faktor Tuhan ini mengambil peranan sentral dalam setiap hubungan yang kita jalin? Bahkan bukan hanya dalam setiap hubungan yang kita jalin, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan kita, peranan Tuhan begitu krusial dan sentral. Sebab memang segala sesuatu bermula dari Dia, kita diciptakan untuk memenuhi panggilan-Nya, yaitu untuk memuliakan Dia dalam apapun yang kita lakukan. Kolose 3:23: Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Maka tak heran apabila orang tidak berfokus pada Dia, ada sesuatu yang hilang dan makin lama akan terasa ada sesuatu yang kosong dalam dirinya.

        Seringkali dalam hubungan kita berfokus pada aspek horisontal. Hubungan antara aku dan dia (I and You). Ya ini tidak salah, dalam prapacaran, dalam pacaran, dan bahkan dalam pernikahan, kita perlu fokus pada aspek horisontal ini. Dalam prapacaran, kita perlu mengenal si dia dengan lebih baik lagi, apa yang dia sukai, yang tidak disukai, visi dan misinya, pandangan hidupnya, karakternya, dst. Dalam pacaran, kita perlu menyelami lebih jauh lagi mengenai rencana hidupnya dan kehidupannya. Dalam pernikahan, bahkan kita tidak akan berhenti untuk terus mengenali si dia (dari cerita orang yang sudah berpuluh-puluh tahun menikah pun, katanya selalu bisa menemukan hal-hal baru dalam diri pasangannya).

        Fokus pada aspek horisontal antara I and you ini baik dan memang perlu, tetapi bukan menjadi satu-satunya hal yang terpenting. Masih ada 2 aspek lagi, yaitu aspek vertikal antara I and God dan you and God, ya antara aku dan Tuhan, serta antara dia dan Tuhan. Suatu hubungan yang kokoh pada dasarnya harus seperti segi tiga, yang setiap unsurnya tidak boleh terlepas dan harus saling terhubung satu dengan yang lain. Sisi pertama adalah aspek horisontal, hubungan I and you, antara aku dan kamu.
Dalam prapacaran hal yang paling sulit adalah pada saat ada sosok lain yang muncul. Namun hal ini tidak akan menjadi masalah apabila aspek yang kedua, yaitu aspek I dan God, cukup kuat. Karena pada
Roma 8:28: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
        
        Ya, bukan hal yang mudah untuk mengerti hal ini, karena pada dasarnya kita ingin hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidup kita. Tetapi saat kita tidak hanya berfokus pada aspek I and you, sebaliknya berfokus pada aspek yang kedua, kita akan mengerti bahwa Tuhan adalah Allah atas segalanya, termasuk dalam hubungan kita. Bila memang Ia berkehendak bahwa si dia adalah jodoh kita, Tuhan bisa membuka jalan untuk kita. Sebaliknya jika si dia bukan untuk kita, sengotot-ngototnya pun kita untuk mendapatkan dia tidak akan bisa. Saya tidak berkata bahwa jadi orang harus tanpa perjuangan atau serba pasrah, tidak demikian. Tetapi kita perlu mengetahui dan bijak, sampai sebatas mana hal yang perlu kita lakukan dan perjuangkan, dan sampai batas mana kita perlu berserah pada Tuhan.

        Pada dasarnya saat kita ngotot itu karena kita tidak ingin kehilangan dirinya, kuatir kehilangan dirinya. Padahal dalam hubungan prapacaran bahkan pacaran sekalipun, belum ada suatu janji sehidup semati yang terucap. Jadi jangan kuatir. Filipi 4:6-7: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Ingatlah selalu Tuhan adalah Allah atas segala sesuatu, termasuk atas hubungan. Ia adalah Allah yang peduli dan sebegitu pedulinya dia pada kita, Ia menginsiasikan hubungan. Jadi tenang saja. Toh kalau dia bukan untuk kita, pasti Tuhan sudah sediakan yang lebih baik, yang lebih sepadan.

        Bagi yang pacaran juga begitu. Ya kita mengusahakan aspek horisontal I and you, tetapi kalau misal aspek I and you itu gagal dan semua langkah positif telah ditempuh, jangan berkecil hati. Jangan menjadi pahit, jangan menjadi kecewa. Ya secara manusiawi wajar untuk kecewa. Harapan yang terbangun merupakan sumber kekecewaan saat tidak tercapai. Itu sangat rasional. Akan tetapi ingat, masih ada aspek I and God. Kejar aspek ini. Bahkan dalam aspek pernikahan pun, banyak pasangan yang telah mengalami pasang surutnya kehidupan. Banyak yang mengalami kehancuran aspek I and you ini, tetapi saat mereka tidak hanya berfokus pada satu aspek itu, namun juga memperhatikan aspek I and God serta aspek yang ketiga, yaitu aspek you and God, kehidupan pernikahan mereka menjadi manis kembali. Luar biasa! Matius 6:33: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

        Aspek yang ketiga yang tak kalah pentingnya, adalah aspek you and God, aspek hubungan si dia dengan Tuhan. Seberapa si dia benar-benar fokus pada Tuhan, itu sangat menentukan laju dan jalannya hubungan. Untuk prapacaran, pacaran, atau bahkan dalam pernikahan, hal ini menjadi sangat penting. Tidak cukup hanya aspek I and you-nya saja yang baik, tidak cukup hanya aspek I and God-nya saja yang baik, tetapi dibutuhkan aspek you and God untuk menjadikan hubungan itu sempurna. Tanpa ketiga aspek itu, hubungan tidak akan berjalan seperti semestinya dan akan timpang bahkan hancur. Kalau mau melihat secara micro bahkan kita perlu melihat per unsur.

        Dalam segitiga ada tiga titik sudut, yaitu faktor I, faktor you, dan faktor God. Apakah hubunganku dengan diri sendiri sudah baik? Apakah aku sudah berdamai dengan diri sendiri? Apakah hubungannya dengan dirinya sudah baik? Apakah dia sudah berdamai dengan dirinya? Saya akan akhiri notes ini dengan mengutip kata-kata yang terdapat dalam sebuah souvenir pernikahan yang terjadi pada 25 November 2001. Kata-katanya sangat indah sehingga saya putuskan untuk menyimpannya sampai hari ini. Bunyinya adalah sebagai berikut:

Marriage Takes Three
Marriage takes three to be complete;
It’s not enough for two to meet.
They must be united in love by love’s Creator, God above.
A marriage that follows God’s plan
Takes more than a woman and man.
It needs a oneness that can be only from Christ-marriage takes three.

Amin. (Sumber : Angela) 
Kalau menurutmu tulisan ini bermanfaat jangan lupa di share ya, bagi teman kamu yang membutuhkan πŸ˜‡ 

Minggu, 27 September 2020

[ Melepaskan Pengampunan ] πŸ€—πŸ€—πŸ€—



Memendam amarah dalam waktu yang panjang sama seperti membawa beban yang berat (read: sampah) sepanjang waktu tsb.

Murung, tidak enak hati, emosional tdk dikontrol, aktivitas terhambat, dan banyak hal lainnya bs saja trjadi yang pastinya menghasilkan energi negatif lainnya.

Memberikan pengampunan sama seperti melepaskan beban-beban berat, membuang sampah pd tempatnya (hati lbh bersih), pikiran lbh tenang, emosi dan tindakan lbh bisa dikontrol dan pastinya menghasilkan lebih banyak energi positif.

Kenapa kita harus mengampuni?
√ Karena kita sendiripun sudah terlebih dahulu diampuni Allah di dalam dan melalui Yesus, demikian kita harus mengikuti teladan-Nya (Kolose 3:13).

√ Karena memang hal tsb adalah perintah Allah untuk mengampuni sesama manusia (Lukas 17:3-4)

Bagaimana dengan dirimu? ; Sudah mengampuni siapa saja hari ini? 



Sabtu, 05 September 2020

Diciptakan untuk Suatu Tujuan ❤


 [ Saat-saat tersulit untuk berdoa adalah saat yang paling tepat untuk berdoa ❤ ]

Mempercayai Tuhan sepenuhnya berarti mempunyai iman bahwa IA tahu apa yang terbaik untuk kehidupan kita πŸ™‚

Oiya, beberapa hari lalu, ada seseorang yang tiba-tiba WA aku scr pribadi. Kami sudah lama tidak komunikasi, kira-kira setahun lebih. Isinya begini:

"Kak pantas gak kak sih kita nyalahin Tuhan atas masalah yang kita alami saat ini? Dimana Tuhan Saat kita ngehadapi masalah besar dalam situasi sulit hidup kita?" (isi pesan ini pure yg aku terima)

Jujur aku kaget, lantas menjawab "Maksudnya gimana ya? Apa postinganku ada yang menyakiti hatimu?" Karena aku bingung, tidak pernah menyinggung siapapun rasanya hehe 😊

Lalu dia secara gamblang menceritakan kondisinya, keadaan hatinya, apa yang dia rasakan saat itu.

Menurutku, TIDAKLAH MUDAH tumbuh dewasa ditengah kondisi keluarga yang BROKEN HOME. Akupun tak serta merta langsung merespond semua hal yanh diceritakannya. Aku berusaha untuk memahami kalimat demi kalimat yang dinyatakannya. Setelah beberapa saat, aku mengajaknya utk berbagi topik doa. Aku jg belum berespond atas curhatan dan pertanyaannya saat itu krn bagiku memutuskan berespond dlm keadaan emosinya yang lagi Up and Down sangat tidak tepat. Aku berdoa untuknya dan sambil merenungkan, penghiburan apa yang bs kulakukan untuk menguatkan keadaannya? 

Lalu dia nanya lagi, "Apa yang harus aku lakukan untuk bisa mengampuni keluargaku?".

 Dan tadi pagi setelah berberes aku ingat akan salah satu buku yg pernah kubaca "The Purpose Driven Life" by Rick Warren. Pada bagian 2 buku ini ada kalimat begini kira-kira :

Kelahiran kita bukanlah suatu kebetulan/kekeliruan. Kehidupan kita bukanlah hal yg tdk diharapkan dr alam. Orang tua mungkin tdk merencanakan kelahiran kita, tetapi Tuhan memang merencanakan. Artinya, kita ada hari ini krn Tuhan memang ingin menciptakan kita. Tubuh kita sdh dirancang dgn detail, bahkan DNA kitapun sudah Dia rencanakan. Dia tahu tujuan hidup kita, bahkan ketika kita masih dlm kandungan.

Allah adalah kasih. Meskipun rasanya kasih itu sulit dipahami ditengah keadaan paling berat dlm hidup, tapi Kasih Allah sangat dapat diandalkan ❤

Sebenarnya dalam keadaan apapun kita TIDAK LAYAK marah sama Tuhan. Tapi, dalam situasi tertentu pasti kita pernah melakukannya. Juga dalam hal mengampuni, terlebih kita harus belajar untuk melihat kpd diri kita. Luka yang ditimbulkan sedalam apa? Belajaar untuk mengampuni diri sendiri terlebih dahulu, baru kita bisa mengampuni orang lain. Tidak mudah, tapi bukannberarti tidak bisa kaan? Harus dicoba, dilatih.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk berbicara selama 14 menit kepadanya tadi. Lebih lega daripada apa yang aku pikirkan, karena awalnya takut. Takut untuk menyakitinya, takut untuk membuatnya khawatir. Takut salah berespond.Tapi ternyata itu hanya ketakutanku saja.

Rom 12 : 3 

Satu-satunya cara yang tepat utk memahami diri kita adalah dengan mengerti siapakah Tuhan? Dan apa yang ingin IA lakukan untuk kita. 

Guys, SETIAP KITA ITU BERHARGA. UNIK. DAN PUNYA TUJUAN. Masalah yang kita pikir selama ini adalah beban berat, menyakitkan bisa saja menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memakai setiap pengalaman kita. Tergantung, bagaimana respond kita dlm menghadapinya.

Berbagi tdk akan membuatmu terus merasa kekurangan. Bebanmu tidak untuk ditanggung sendirian. Temukan sahabat yang dengannya kau bisa berbagi, dan berani jujur Up & Down keadaanmu. Persekutuan yang kita miliki adalah Anugrah ❤

#Blessed #PesanTeduh #SharingIsCaring

Jumat, 28 Agustus 2020

Because I love you, then I'll let you go!




        Disadari atau tidak, kadang ketika kita bener-bener mencintai sesuatu kita dengan mudah merelakannya meskipun hati ga mau daripada harus menggenggamnya krn itu nyakitin diri masing-masing.

         Misalnya: Belajar dari 2 orang Ibu yang di adili Raja Salomo. Ibu kandung yang rela melepaskan anak kandungnya kpd seorang Ibu yang telah mengambil anaknya. Karena rasa cinta Sang Ibu kandung, ia rela melepaskan anaknya kepada si Ibu yang mengambil anaknya, agar anak kandungnya tetap hidup... (Tapi bersyukur bangetlah, dengan kebijaksanaan Raja Salomo sang anak bisa kembali kepangkuan Ibu kandungnya) ❤ 


    Atau ketika kita kehilangan orang yang paling kita cintai untuk selama-lamanya terpisah krn kematian (entah itu Orang Tua/keluarga/saudara/pasangan). Bukankah karena kita begitu mencintainya, maka kita harus merelakannya? Mempercayakan beliau sdh ditempat paling indah dan damai bersama Tuhan ❤

       Dalam hidup inipun, kadang demikian. Kita sewaktu-waktu bisa saja merelakan sesuatu (bisa jadi seseorang), krn kita tahu terlalu menggenggamnya pun bisa saja menyakiti. Atau ketika dgn tidak bijaksana mengambil keputusan tersebut (dlm arti ego yang menggebu-gebu) bisa sajaa itu berdampak pd kehilangan yang panjang.

    Tapi meskipun begitu, kita tidak semestinya berlarut dlm keadaan rapuh dan terjungkal itukan? Memang tdk akan semudah mengatakannya, akan menjadi waktu yang panjang untuk pulih. Tapi bukan berarti tidak bisa kan? Ketika hidup terasa sunyi, gaduh keramaianpun kian sepi. Seakan dunia tidak berpenghuni, nyeri ngilu menusuk sampai ke uli hati. Akhirnya tersadar...

Nyeri hati, hanya DIA yang sanggup obati.
Karena DIA Sang Penjunan hati,
yang dekat dengan orang remuk hati,
yang tidak sekedar kobarkan nyala api
DIA, memberi semangat hidup kembali.

    Meski kisahnya tidak se Happy Ending kisah Ibu yang diadili Raja Salomo, Pasti akan Happy Ending dlm pengharapan baru. Selamat menyambut akhir pekan, jangan serius kali bacanya! Entar menetes lagi krn membayangkan yang lain-lainπŸ˜‹πŸ˜œπŸ’˜


Selasa, 18 Agustus 2020

Kembalilah tenang, Hai Jiwaku!


 [ Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu. - Mazmur 116 : 7 ]


Perihal study, beban pekerjaan, masalah-masalah kehidupan, krisis multi dimensi dan sebagainya bisa dengan mudah membuat kita stres hingga depresi. Semua hal tsb bisa membuat jiwa kita tdk tenang.

Pengkotbah pernah menyatakan betapa pentingnya ketenangan jiwa dan pikiran dalam hidup ini, jauh lebih penting dari usaha mati-matian kita untuk memenuhi segala kebutuhan hidup yang bisa menjadi sia-sia jika kita melakukannya dengan jiwa yang tidak tenang.

Setiap saat, setiap kita bisa saja bertemu dengan masalah. "Life never easy". Kapan saja stress bisa menghampiri. Namun kita punya 2 pilihan, memanjakan stress atau menolaknya. Menyerah pd keadaan bisa saja membuat kita terbelenggu didalamnya. Tetapi jika kita memilih untuk menyerahkan segala perkara kpd Tuhan, Dia sanggup! Tangannya tdk pernah kurang panjang utk menolong, melepaskan kita, memberi kekuatan, memulihkan keadaan, menyegarkan dan memberikan ketenangan bagi jiwa kita.

Jika kita memilih untuk tidak tenggelam pada masalah dan penderitaan dan memutuskan untuk memandang kepada Tuhan dalam keadaan apapun, disanalah kita bisa menyerukan perkataan Pemazmur: " Return to your rest, O my soul, for the Lord has dealt bountifully with you."

Kembalilah beristirahat hai jiwaku, karena Tuhan begitu murah hati, memberi dengan berlimpah-limpah segala sesuatunya kepadamu.

Self reminder 
❤

Jumat, 10 Juli 2020

Menghadapi Badai Stress (Part 1)



10 Juli 2020
My dearest Selli,

Tulisan ini sebenarnya sudah sejak Oktober 2019 lalu ada dicatetanku, di dinding kamar kosku juga. Review jurnal/artikel ketika masa-masa "Menghadapi Badai Stress" (Saat itu stres krn penelitian TA).

Tadi malam aku memutuskan untuk tidur sendiri dikamarku lagi setelah sekian bulan tidur bareng temen2 wkwk ✌


Sepanjang hari ini gelisah, khawatir tp gatau kenapa. Dan ketika duduk, menatap dinding mataku tertuju dgn tulisan ini. Kupandangi sambil tersenyum dlm hati bilang "Baik bgt Tuhan itu ya, hanya krn kemurahan-Nya saja aku boleh ada sampai hari ini". Melihat tulisan ini, aku jg sadar betapa Tuhan tdk berhenti mengasihi aku, mengingat bagaimana aku lari dan terus mencari tempat bersembunyi tp Dia mengejar dan tdk membiarkanku berlarut. Dia pernah ada dlm masa itu, dan akan terus ada pada masa ini.

Oiyaaa, sejak pandemic ini sudah brp banyak kisah yang kita alami? Adakah yang berubah? Apakah perubahan itu membuat kita semakin melibatkan Allah atau justru menjauhi Dia? 😊

Mengutip Mzm 55 : 7  demikian " Pikirku: sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang mencari tempat yang tenang". Tulisan pemazmur yang saat itu sedang memohon pertolongan dan perhatian dr Allah ketika sdg cemas, tertekan, jiwanya seperti terancam.

We can relate dengan keadaan kita saat ini. Menyadari betapa kitapun dibuat cemas dengan situasi dan kondisi saat ini. Entah itu dlm hubungan pribadi, studi, pekerjaan, keluarga, dan banyak hal lainnya. Namun sekiranya kita boleh terus mengingat, kita tetap berada dalam kendali-Nya πŸ˜‡

Point yang aku kutip Oktober lalu dr kalimat pemazmur ini adlh:
Jangan melakukan sesuatu yang menenangkan hanya sementara untuk melarikan diri, krn tidak ada satu produkpun yg dapat mengenyahkan masalah sepenuhnya.

Saat itu aku mengambil keputusan untuk melakukan:
Seperti Daud, aku harus mencari Allah ditengah kegelisahanku. Mencurahkan isi hatiku kepada Allah. "Tidak jadi masalah - pertanyaan, penderitaan, kemarahan yang menghujam bisa dilimpahkan kpd Allah yang tdk terbatas, krn Dia tdk akan terluka. Sebab kita berada dalam dekapan tangan-Nya".

Membaca bagian jurnal pribadiku tentang betapa Allah itu baik, membuat aku menyadari. Seberapa kuatpun aku berusaha, akan selalu ada hal-hal yang melemahkan dlm hidup ini. Seberapa positif pun aku berpikir, dunia akan terus mempertontonkan sisi negatifnya. Tapi, dengan BERSYUKUR membuat hidup menjadi LEBIH TANGGUH dari biasanya.

Terpujilah Tuhan πŸ˜ŠπŸ™πŸ˜‡
-Selli Marianita Simatupang-


Jika menurutmu tulisan ini memberkati banyak orang, jangan lupa bagikan yaaa πŸ€—
#SharingIsCaring

Minggu, 14 Juli 2019

Butuh Penghasilan Tambahan? Chek this out!









Berikut πŸ‘†πŸ‘†πŸ‘† adalah Profil calon Leader kamu!!!

Jika kamu ingin memiliki bisnis sendiri, dengan waktu yang fleksibel, GRATIS BIAYA PENDAFTARAN...

Klik πŸ‘‰πŸ‘‰πŸ‘‰ Personal Beauty Store Saya 

Cukup hanya bermodalkan :
- Usia Minimal 18 Tahun (Sudah memiliki KTP/Surat Keterangan)
- Foto KTP
- Memiliki Gadget (HP/Laptop)
- Memiliki Sosmed (IG/FB) dan Alamat Email aktif
- Bersedia mengikuti Training dan Bertanggung Jawab 

Daftar segera, jangan hanya menunggu dan jadi penonton πŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘Œ

Berikut inii πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡ Hadiah Welcome Program Oktober dan Business Campaign yang bisa kamu nikmati bulan ini!!! Untuk info lebih lanjut, hubungi WA dengan klik http://bit.ly/TanyaSelli







Selasa, 16 April 2019

Sexy Kiler in My View


Tulisan ini hanya pandanganku saja. Maaf, tidak berniat untuk menyindir orang lain atau menyalahkan orang lain. 

Hallo, aku hanya seorang mahasiswi yang beberapa hari ini diresahkan dengan film yang di share oleh banyak orang melalui social media . Saat ini aku sedang tidak marah, tidak emosian, atau bahkan bukan orang yang undur diri dan memilih golput karena melihat kenyataan dalam film dokumenter ini. Bahkan untuk menulis ini juga bagian dari doaku agar aku tidak menggebu-gebu dalam emosi melainkan berhikmat untuk memandangnya. 

Terimakasih kepada saudara/i team dari 'Greenpeace Indonesia, Jaringan Advokasi Tambang bersihkan Indonesia' yang sudah berjuang untuk mengusut kasus ini. Menurutku secara pribadi ini terjadi karena para relawan ini sudah sangat resah akan kerusakan, korban jiwa, penderitaan yang terjadi yang melibatkan berbagai aspek kehidupan di daerah sekitar tambang yang tidak kunjung direspond secara bijaksana dan bertanggung jawab . Atau ada pihak/oknum yang bertujuan lain.

Belakangan ini menjelang pemilu berapa banyak dari kita (netizen) yang telah menghabiskan waktunya dengan mencari informasi 'siapa paling benar, siapa paling pantas' untuk menduduki kursi presiden periode mendatang? Berapa banyak dari kita yang sudah menghabiskan waktunya untuk menghujat? Menyalahkan? Menyakiti teman-teman karena lisan? Membangga-banggakan salah satu paslon? Lalu bagaimana anggota legislatif lain DPD, DPR ? Mereka penting bukan? Sudah kita perlakukan sama kah mereka dengan capres/cawapres? Bukankah nantinya mereka yang mewakili kita untuk meneruskan aspirasi kita ? Yang katanya akan membela kita sesuai daerah kita? 
Lalu apa motif film ini dimunculkan dimasa minggu tenang kampanye?

Beberapa waktu lalu, temanku yang baru menonton ini mengatakan bahwa film ini tidak untuk konsumsi publik bahkan hanya ditonton oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuka mata kita terhadap kondisi ini. Jikapun akan dipertontonkan ke publik, dia bilang mungkin setelah pemilu usai. Tapi 2 hari ini film ini menjadi konsumsi publik. Lalu aku melihat dan membaca postingan teman-teman yang menyatakan 'Karena menonton ini banyak yang memilih GOLPUT'. Bukannya tidak memilihpun adalah pilihan ?

Oiya, Kamu? Iyaaa kamuuuu... Sudah tonton film 'Sexy Killer'? Apa reaksimu? Apa yang kamu fikirkan?

Maaf, kalau aku harus menulis ini. Karena akupun bersalah dalam hal ini. 

Menyadari pembangunan ini terjadi dan dilakukan semakin besar karena memang kebutuhan masyrakat yang mendesak akan keadilan dalam pengadaan alat penerang, alat-alat kesehatan, mesin-mesin, dan segala aspek yang membutuhkan listrik untuk memperlancar cara kerjanya agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Lalu? Iya, pun kita sudah memahami teori kehidupan ' Sesuatu pencapaian besar dapat berhasil juga karena ada hal-hal besar yang harus dikorbankan'. Apakah kehilangan nyawa dan penderitaan sebagian masyrakat termasuk berkorban? *ini aku bertanya, menurutmu bagaimana?* Pada satu sisi, ada pihak yang diuntungkan bahkan kekayaan semakin melimpah, namun disisi lainnya ada masyrakat yang terancam kesehatannya, penghasilan/ekonomi dalam rumah tangganya, kehilangan lahannya yang tidak berfungsi optimal karena pengaruh pertambangan. Dalam kata lain, menderita atas kebijakan pembangunan dan pertambangan tersebut yang sebagian kita tutup mata. Iya kan?

Lalu berapa banyak dari kita yang menyadarkan diri setelah menonton film dokumenter 'Sexy Killer' yang berdoa dan memohon ampun karena melewatkan beberapa bagian kehidupan yang tidak pernah menjadi perhatian khusus kita. Misalnya :
- Menyadari bahwa menjadi orang pintar itu memang perlu, tapi menjadi orang baik dan jujur itu lebih dibutuhkan. 
- Menyadari bahwa pendidikan karakter jauh lebih dibutuhkan, agar ketika jadi seorang pemimpin tidak menyalah gunakan jabatan kita demi kepuasan diri. 
- Menyadari, bahwa pendidikan itu penting. Supaya kita ga di tipu oleh orang lain lantas menyalahkan orang lain juga karena kebobrokan kita sendiri. Iya kan?
- Karena aku masih seorang pelajar yang kebetulan dibagian pertanian maupun lingkungan dan tanah , sadar kalau masa-masa di ruang kuliah tersebut perlu meskipun terkadang kita hanya mengenal teorinya. Sampai aku berfikir ' Oh HGU? Ini fungsinyaa dalam skala luas yaa.. AMDAL? Oh ini dampaknya ' belum lagi aspek tanah, pertanian, sosial ekonomi,kesehatan, lingkungan yang membuat mataku terbelalak menonton ini. Aku fikir semua aspek itu perlu sebagai apapun kamu dan jurusan apapun kamu, pasti bagian ini jadi salah satu sorotanmu. 
- Jika kamu kaum muda yang sedang membaca ini, Sudah menyadarikah hemat listrik itu PERLU, lihat saja dampaknya.. Mau berapa banyak korban jiwa yang kita jatuhkan karena hasrat diri kita akan LISTRIK tak bisa dikontrol dengan baik sesuai kebutuhan? Sebenarnya ini hal paling signifikan, KEBUTUHAN AKAN LISTRIK dan CARA KITA MEMPERGUNAKANNYA. 

Adakah yang bernasib sama denganku ketika harus berdebat dengan Bapak atau Mama karena penggunaan listrik? Hehe saat itu aku memang masih SMP dan orangtuaku bilang 'SOK TAHU KAMU' dan dua minggu kemudian nyata yang aku sampaikan tentang korslet listrik atau meledaknya saklar. Aku berharap orangtuamu tidak seperti itu kini, kalau iya berbicaralah baik-baik. Adakah yang bernasib sama denganku ketika memutuskan sambungan listrik dan mematikan lampu karena hari sudah terang, mencabut stok kontak dari saklar langsung ditatap sinis oleh teman ? Atau bahkan ada yang bilang ' GAPAPALAH KAN BUKAN KITA YANG BAYAR!'. Ada yang bertemu dengan orang demikian? atau kamu yang menyebutkan demikian?

Lalu menyalahkan pemerintah karena adanya penambangan besar-besaran ? Eksploitasi lahan disana-sini , Transmigran yang menjadi korban eksploitasi, kerusakan lahan dan lingkungan hidup, kemerosotan tingkat kesehatan masyrakat, kerusakan terumbu karang, nelayan terlantar, perekonomian melemah. Lantas salahkan sana sini. Menuntut keadilan. Iyakan? Ternyata segalanya diawali dari diri kita sendiri.

Hufft aku lega sudah menyatakan ini. Maaf tulisan ini membosankan.
Teman-teman, boleh aku meminta? Meminta untuk kita semua.
Jadilah anak muda yang baik, yang terus memperbaiki karakter diri, yang tak melulu menyalahkan orang lain atas keadaan kita. Aku dan kamu, kita semua mari kita berjuang. Kitalah harapan bangsa ini. Teman-teman anak muda, kitalah besi panas yang harus berjuang agar dapat dibentuk menjadi sesuatu berguna dan bermanfaat, sebelum akhirnya waktu mulai mendinginkan besi lalu kita terlantar. Jadilah orang muda yang tak melulu memperdebatkan perbedaan dan SARA. Jadilah kita sebagai duta damai atas diri kita sehingga sikap hidup kita juga menjadi pendamai bagi orang lain. Sesederhana itu. Jadilah kita pemuda/i yang enggak baperan atas pernyataan satu orang lalu menyalahkan semua orang kaumnnya. Jadilah kita kaum muda yang mau dan siap belajar untuk beritegritas dalam hidup ini. 


250 juta jiwa dengan 250 juta pemikiran yang berbeda. Itu tidak mudah melakukannya. Hanya saja dapat kita mulai dari diri kita sendiri. Mari berefleksi bersama 'Untuk apa aku hidup di dunia ini? Kemana aku setelah ini?' KITA SEMUA BERHARGA, SEBAGAI APAPUN KITA SAAT INI. Semogalah kita yang terus berpengharapan kepada Sang Pencipta. Semogalah Tuhan memampukan kita dalam keterbatasan kita bertindak. Semogalah Tuhan memimpin kita seturut iman kita. Akhir kata, Terimakasih sudah bersedia membaca tulisan ini ya. GOD BLESS US.

KARENA MASA DEPAN SUNGGUH ADA, DAN HARAPANMU TIDAK AKAN HILANG
AMSAL 23 : 18

Suatu Ketika...

Suatu Ketika . . . Dia tidak sempurna. Pun, aku sama saja. Kami hanya berusaha saling menerima. Mengurai masa lalu. Mengikhlaskan kecewa. Ba...